Piala AFF 2020: Ada Ban Kapten Pelangi Khas LGBT, Ini Sejarahnya

Ribut soal ban kapten pelangi khas LGBT di Piala AFF 2020, ternyata ini sejarah di baliknya. (foto: Vocketfc)


Ribut soal ban kapten pelangi khas LGBT di Piala AFF 2020, ternyata ini sejarah di baliknya.

Piala AFF 2020 resmi digelar pada 5 Desember 2021 hingga 1 Januari 2022, sejak begulir, ajang sepak bola terakbar di Asia Tenggara ini kian mencuri perhatian.

Namun tidak hanya mencuri perhatian dari pertarungan 10 negara di lapangan hijau, namun kehadiran simbol LGBT di ban kapten.

Kapten Timnas Thailand, Teerasil Dangda menjadi pemain pertama yang menggunakan ban kapten bercorak pelangi di Piala AFF 2020, Minggu (5/12).

Setelahnya, aksi ini juga diikuti oleh kapten Timnas Myanmar, Maung Maung Lwin yang terlihat menggunakan ban kapten serupa kala berhadapan dengan tuan rumah, Singapura.

Sementara aksi tersebut menuai pro dan kontra karena bendera pelangi dikaitkan erat dengan lambang gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di dunia.

Sejarah dari dibuatnya bendera pelangi sendiri pertama kali dikibarkan dalam acara Gay Pride pada 25 Juni 1978 di San Francisco, Amerika Serikat seperti dilansir dari Britannica.

Gay Pride sendiri merupakan festival tahunan yang dihelat untuk memperjuangkan hak LGBT untuk menikah dengan sesama jenis.

Aktivis LGBT, Gilbert Baker pertama kali memperkenalkan bendera pelangi yang awalnya terdiri dari 8 warna dengan arti berbeda.

Warna merah muda melambangkan seks, merah melambangkan kehidupan, oranye melambangkan penyembuhan dan kuning sebagai sinar matahari.

Warna hijau melambangkan alam, warna pirus menyimbolkan kesenian, nila mewakili keharmonisan dan terakhir ungu melambangkan semangat.

Pada akhirnya, bendera pelangi ini resmi ditetapkan sebagai simbol perjuangan sekaligus kebanggaan kaum LGBT sejak tahun 1994.

Namun sejak tahun 2008, bendera pelangi hanya mengambil 6 warna yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan violet yang umumnya dikibarkan secara horizontal.(*)

Sumber : Genpi.co